Budaya secara harfiah berasal dari
Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah,
memelihara ladang (menurutSoerjanto Poespowardojo 1993) Budaya adalah
keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.
Tugas
saya ini mengangkat tentang dua kebudayaan yang berbeda di Indonesia antara
suku Gorontalo dan suku Manado mengenai pesta pernikahan.
>> Budaya Gorontalo
Keragaman
budaya Indonesia salah satunya terlihat pada prosesi atau adat pernikahan yang
berbeda-beda. Provinsi Gorontalo sendiri memegang tradisi yang bernapaskan
ajaran Islam. Ada banyak tata cara yang harus dilakukan oleh para mempelai suku
Gorontalo.
Tata aturan dan upacara perkawinan suku ini kebanyakan masih memegang tradisi turun temurun yang sebaiknya harus dilestarikan sebagai salah satu kebudayaan bangsa ini.
Tata aturan dan upacara perkawinan suku ini kebanyakan masih memegang tradisi turun temurun yang sebaiknya harus dilestarikan sebagai salah satu kebudayaan bangsa ini.
Berikut
ini adalah cara pelaksanaan upacara perkawinan suku Gorontalo :
Acara diadakan didiua tempat, yaitu di rumah mempelai wanita dan di rumah mempelai pria.
Acara diadakan didiua tempat, yaitu di rumah mempelai wanita dan di rumah mempelai pria.
Upacara
pernikahaan ini bisa berlangsung berhari-hari.
Para
kerabat dan keluarga dan bergotong_royong mempersiapkan acara pernikahan ini,
beberapa hari sebelum upacara pernikahan dilaksanakan.
Kedua
mempelai mengenakan pakaian adat yang dinamakan Bili’u
Tempat
pelaminan yang digunakan oleh kedua mempelai menggunakan adat Gorontalo
>> Budaya Sulawesi Utara (Adat Manado)
>> Budaya Sulawesi Utara (Adat Manado)
Menggunakan sentuhan budaya dalam pernikahan merupakan satu
hal yang lazim. Indonesia sendiri sangat kaya akan beragam adat dan budaya yang
dapat dipadukan. Ada yang memilih adat Sunda, Jawa dan masih banyak lagi
termasuk adat Manado.
Adat
Manado lebih sering dikenal sebagai adat Minahasa karena mayoritas penduduk
Manado adalah etnis Minahasa. Seperti prosesi pernikahan adat yang lainnya,
adat Manada juga mengalami berbagai penyesuaian. Contohnya adalah prosesi
Posanan atau pingitan yang tidak lagi dilakukan dengan durasi sebulan. Saat
ini, tradisi ini dilakukan cukup satu hari sebelum pernikahan atau pada malam
muda-mudi (malam Gagaren). Di dalam penyelenggaraan resepsi juga terdapat
beberapa penyesuaian.
- Proses keseluruhan
pernikahan adat Minahasa ini didahului dengan Bacoho ataupun mandi. Kedua calon
mempelai akan kepala dan rambut dengan ramuan tradisional sebelum kemudian
rambut akan dicuci dengan air bersih.
- Lumele’ merupakan mandi adat
di mana pengantin akan dibasuh dengan air dengan sembilan jenis bunga berwarna
putih dan berbau wangi. Kedua calion mempelai akan dibasuh sebanyak sembilan
kali dari batas leher ke seluruh tubuh kecuali kepala.
- Upacara pernikahan dapat
dilakukan di rumah mempelai wanita ataupun pria. Secara tradisional akan dibuka
dengan prosesi unik dilanjutkan dengan makan pagi bersama sebelum menuju lokasi
pengesahan pernikahan.
- Berikutnya adalah resepsi
pernikahan yang pada masa kini sering diadakan di gedung ataupun hotel. Pada
resepsi terdapat tradisi membelah kayu bakar dan juga tradisi minum dari bambu.
- Saat pengantin duduk di plemainan,
doa-doa mulai dipanjatkan dan dilanjutkan dengan berbagai traidisi yaitu Pinang
Tatenge’en juga Pinang Tawa’ang yang dilanjutkan dengan prosesi membelah kayu.
- Kedua pengantin lalu akan
memakan sedikit nasi berlauk ikan dan lalu minum dari ruas bambu yang masih
hijau yang disebut juga kower. Resepsi lalu dilanjutkan dengan upacara adat
juga nyanyian-nyanyian oleh rombongan adat di dalam pesta dan tentu lagu yang
dinyanyikan menggunakan bahasa daerah.
Pemimpin
di dalam setiap prosesi adat pernikahan diberi kebebasan untuk melakukan
improvisasi sebisa yang mereka mau tanpa mengurangi nilai.